Rabu, 03 Juni 2009

PENGARUH BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA

1 komentar
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Aku pernah tidur, lalu aku bermimpi diriku berada di Surga, lalu aku mendengar suara seorang yang sedang membaca (al-Qur’an), lalu kutanyakan, ‘Siapa ini?’ Mereka menjawab, ‘Ini adalah Haritsah bin an-Nu’man”

Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Demikianlah ganjaran dari berbakti, demikianlah ganjaran dari berbakti”

Beliau adalah orang yang paling berbakti terhadap ibunya. [HR. Ahmad dengan sanad yang shahih]

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Ketika ada tiga orang berjalan-jalan tiba-tiba mereka kehujanan, lalu mereka berteduh di dalam gua pada sebuah gunung. Ketika mereka tengah berada di dalam gua itu, tiba-tiba ada batu besar yang jatuh sehingga menutupi mulut gua tersebut. Lalu sebagian mereka berkata kepada sebagian lainnya, ‘Lihatlah pada amalan yang paling baik yang pernah kalian kerjakan, lalu mohonlah kepada Allah dengan amalan tersebut, siapa tahu akan dibukakan celah pada batu tersebut bagi kalian.’ Lalu salah seorang di antara mereka berkata, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai dua orang tua yang sudah lanjut usia sementara aku memiliki isteri dan juga anak-anak yang masih kecil. Dan aku memelihara mereka. Karenanya, jika aku telah mengandangkan kambingku, aku mulai mengurus kedua orang tuaku, dimana aku memberi minum susu keduanya. Kemudian aku tidak mendatanginya sehingga kedua orang tuaku tidur. Kemudian aku membersihkan bejana, lalu memerah susu. Selanjutnya aku membawa susu itu dekat kepala kedua orang tuaku sementara anak-anak bergelantungan di kedua kakiku, karena aku tidak ingin memulai mengurus mereka sebelum mengurus kedua orang tuaku dan aku tidak ingin membangunkan keduanya. Dan aku masih terus berdiri sampai fajar bersinar terang. Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa aku melakukan hal itu dalam rangka mencari keridhaan-Mu, maka bukakanlah untuk kami sebuah celah dimana kami dapat melihat langit darinya. Maka Allah pun membukakan celah bagi mereka sehingga mereka dapat melihat langit darinya… [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

Dari Usair bin Jabir, dia berkata, ‘Umar bin al-Khaththab jika didatangi oleh rombongan penduduk Yaman, maka dia akan bertanya kepada mereka, “Apakah di antara kalian terdapat Uwais bin ‘Amir?” Sehingga dia mendatangi Uwais seraya berkata, “Engkau Uwais bin ‘Amir?” “Ya,” jawabnya.
‘Umar berkata, ‘Dari Murad dan kemudian Qaran?’ ‘Ya,’ jawabnya. ‘Umar berkata, “Dan padamu terdapat penyakit kusta, lalu engkau sudah sembuh darinya, kecuali tersisa sebesar dirham?” “Ya,” jawabnya.
‘Umar bertanya, “Apakah engkau masih memiliki ibu?’ ‘Ya, masih,’ jawabnya.
‘Umar berkata, aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Akan datang kepada kalian Uwais bin ‘Amir dari rombongan penduduk Yaman dari Murad, kemudian dari Qaran. Dimana padanya terdapat penyakit kusta dan kemudian sembuh darinya kecuali satu tempat dari tubuhnya sebesar uang dirham. Dia memiliki seorang ibu yang dia sangat berbakti kepadanya. Jika dia bersumpah kepada Allah, niscaya Allah akan menerimanya. Oleh karena itu, jika engkau bisa meminta kepadanya supaya memohonkan ampunan untukmu, maka lakukanlah.’ Oleh karena itu, mohonkanlah ampunan untukku.”

Kemudian dia pun memohonkan ampunan untuknya. Lalu ‘Umar berkata kepadanya, “Ke mana engkau hendak pergi?” “Ke Kufah,” jawabnya.

‘Umar berkata, “Maukah engkau aku tuliskan surat untukmu kepada pemimpinnya?” Dia berkata, “Aku tinggal bersama orang-orang miskin lebih aku sukai.”

Usair berkata, “Dan pada tahun berikutnya, ada seseorang, yang termasuk pemuka di antara mereka, lalu berpapasan dengan ‘Umar, kemudian ‘Umar menanyakan Uwais. Orang itu berkata, ‘Aku meninggalkannya dengan rumah yang mengenaskan dan sedikit harta.’

‘Umar berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Akan datang kepada kalian Uwais bin ‘Amir dari rombongan penduduk Yaman dari Murad dan kemudian dari Qaran. Di mana padanya terdapat penyakit kusta, kemudian sembuh darinya kecuali satu tempat pada tubuhnya sebesar uang dirham. Dia memiliki seorang ibu yang dia sangat berbakti kepadanya. Jika dia bersumpah kepada Allah, niscaya Allah akan mengabulkannya. Oleh karena itu, jika engkau bisa meminta kepadanya supaya memohonkan ampunan untukmu, maka lakukanlah”

Lalu Usair mendatangi ‘Uwais seraya berkata, “Mohonkanlah ampunan untukku.”
Usair berkata, ‘Engkau baru saja melakukan perjalanan yang baik, maka mohonkanlah ampunan untukku. Apakah engkau pernah bertemu ‘Umar?’ ‘Ya,’ jawabnya.

Lalu dia pun memohonkan ampunan untuknya. Maka orang-orang pun memahaminya sehingga mereka pun pergi mendatanginya.

Usair berkata, “Aku memakaikan baju burdah kepadanya. Di mana setiap kali dia dilihat oleh orang, maka orang itu berkata, ‘Dari mana Uwais mendapatkan baju burdah itu?’” [HR. Muslim]

PERBUATAN BAIK YANG PALING BAIK
Dari ‘Abdullah bin Dinar dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya ada seseorang dari Arab badui menemuinya pada satu jalan di Makkah, lalu ‘Abdullah bin ‘Umar memberinya salam dan membawanya di atas keledai yang ia tumpangi dan dia berikan penutup kepala yang ada di atas kepalanya. Ibnu Dinar berkata, “Lalu kami katakan kepadanya, ‘Semoga Allah memperbaiki keadaanmu, sesungguhnya dia itu termasuk orang-orang badui dan orang-orang badui ridha dengan pemberian yang sedikit”

Lalu ‘Abdullah bin ‘Umar berkata, “Sesungguhnya bapak orang ini adalah sahabat baik ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu dan sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

“Sesungguhnya kebaikan yang paling baik adalah menyambung tali silaturahmi yang dilakukan oleh seseorang terhadap keluarga orang kecintaan ayahnya” [HR. Muslim]

[Disalin dari buku Al-Intishaar li Huquuqil Mu’minaat, Edisi Indonesia Dapatkan Hak-Hakmu Wahai Muslimah, Penulis Ummu Salamah As-Salafiyyah, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Penerjemah Abdul Ghoffar EM]
Read More..

si TAAT dan si JAHAT

0 komentar
Dahula kala…bahkan sampai saat ini… ada seorang ayah yang memiliki dua anak...
anak yang satu bernama TAAT...
dan yang kedua bernama JAHAT...
si TAAT selalu menuruti semua perintah dan larangan ayahnya, selalu membantu ayah dan ibunya, mengerti akan tugas-tugasnyanya, tidak pernah membuat ayah dan ibunya marah, selalu bersikap hormat, penyantun, lembut dalam bertutur kata........
sedangkan si JAHAT hampir selalu melawan perintah dan larangan ayah dan ibunya, malas bekerja dan membantu orang tua, suka membuat orangtuanya jengkel, arogan, ucapannya suka kasar dan kotor... suatu ketika...
baik si TAAT maupun si JAHAT sama-sama mengajukan permintaan...
kebetulan permintaan keduanya sama...
keduanya sama-sama meminta dibelikan mobil-mobilan baru yang harganya cukup mahal, Rp. 250.000...

apakah yang terjadi...?apakah sang ayah hanya akan mengabulkan permintaan si TAAT karena telah bersikap baik kemudian menolak permintaan si JAHAT karena selalu bersikap buruk...?
ternyata...jawabannya tidaklah demikian...

sang ayah menuruti permintaan kedua anaknya untuk membelikan mobil-mobilan...
bahkan, ayah masih menuruti kemauan si JAHAT yang masih minta di tambah dengan satu buah pistol-pistolan, sementara si TAAT sudah sangat berterimakasih dan bersyukur karena sudah dibelikan mobil-mobilan baru dengan harga yang sangat mahal itu...
HIKMAH:

apakah dengan demikian berarti sang ayah benar2 menyayangi si JAHAT dan si TAAT dengan seimbang? atau justru si ayah lebih menyayangi si JAHAT karena telah membelikan mainan tambahan?

jawabnya adalah : "BELUM TENTU"

disinilah berperan yang disebut dengan sifat "Penyayang" dan "Pemberi"...
sang ayah membelikan mobil-mobilan kepada si TAAT karena ia memang sangat menyayangi anaknya yang selalu patuh itu...
dan ia membelikan mobil-mobilan kepada si JAHAT karena sang ayah masih memiliki sifat memberi selain penyayang tadi....
adapun sang ayah yang membelikan mainan tambahan kepada si JAHAT berupa pistol-pistolan, tidak lain dan tidak bukan, hanyalah sebagi ujian bagi anaknya agar ia berfikir bahwa meskipun ia terlampau nakal, sang ayah tidak akan membeda-bedakannya, sang ayah tidak akan memutuskan pemberiannya...dan berharap agar ia bisa berubah dikemudian hari untuk menjadi anak yang baik seperti si TAAT...

Begitu juga dengan Allah swt, Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dia akan selalu memberi, namun belum tentu bahwa ia akan selalu menyayangi. Adapun setiap pemberiannya adalah nikmat bagi kita semua. Sedangkan nikmat adalah ujian agar kita bersyukur kepadanya, bukan malah kufur atau ingkar kepadanya. Karena, barangsiapa kufur atas nikmat Allah, maka azab-Nya yang pedih telah menanti.



“...Sesungguhnya jika kamu bersykur niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” QS. Ibrahim : 7.

“Mereka mengetahui nikmat Allah kemudian mereka mengingkarinya, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.” QS. An Nahl : 83.
Read More..

Mewarnai Masa Muda

0 komentar
“Sesungguhnya tampilnya Islam karena tampilnya ummat dan sesungguhnya tampilnya ummat karena tampil para pemudanya. Dan tampilnya para pemuda karena kebaikan akhlaknya.” (Ucapan Ulama). Sosok pemuda memiliki peranan penting dalam sejarah perjuangan Islam. Mereka adalah agent of change, generasi yang mampu mewujudkan perubahan dengan kekuatannya. Hal ini membuktikan kebenaran al-Qur`an yang menempatkna masa muda sebagai masa kekuatan. “Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu ) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Maha Kuasa.” (QS. Ar-Ruum: 54) Al-Qur`an banyak bercerita tentang sosok pemuda yang mampu mewujudkan perubahan dengan keunggulan pribadi yang kuat. Mereka memiliki prinsip dan sikap yang jelas dalam mewujudkan perubahan tersebut. Bukan keunggulan kepribadian saja yang kuat, tetapi keunggulan tersebut sangat dibutuhkan oleh zamannya. Sosok Ibrahim, pemuda cerdas serta kritis terhadap ideology dan keyakinan yang dianut masyarakat sekitarnya, termasuk orang tuanya sendiri. “Dan ingatlah waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: ”Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-An`am:74). Nabi Ibrahim mampu mematikan logika sesat Aazar dan Namrud. Dengan gagah berani dan keyakinan yang tinggi dia mendebat Namrud [QS. Al-Anbiya [21]: 52-71]. Keunggulan logika Ibrahim tersebut sangat tepat dengan zamannya. Kemudian, lihatlah seorang Daud muda, dengan keberanian dan kemilitansian yang tinggi membawa misi membunuh rezim tirani Jalut dengan katapelnya dalam sebuah pertempuran. Dengan izin Allah, keberanian dan kemilitansian yang mengantarkan Daud pada kemenangan bahkan akhirnya membentuk sebuah kerajaan multinasional. “Maka mereka mengalahkannya dengan izin Allah, dan Daud membunuh Jalut. Kemudian Allah memberinya (Daud) kerajaan dan hikmah dan mengajarinya apa yang Dia kehendaki. “ (QS. Al-Baqarah:251) Seorang Yusuf muda, dengan kematangan kepribadian dan kecerdasan dalam mengelola keuangan, dengan izin Allah mampu memberikan perubahan dan menyelamatkan negeri Mesir dari krisis ekonomi kronis dan mengembalikannya dalam kemakmuran. (QS. Yusuf: 54-56). Bahkan dengan kematangan kepribadian dan kesholihanya dia dapat mengalahkan gejolak syahwat kepemudaanya terhadap zulaikha. Keunggulan pribadi dan pengelolaan ekonomi yang dimiliki oleh Yusuf sangat tepat dengan zamannya. Dalam QS. al-Buruuj, Allah menceritakan tentang sekelompok pemuda (ashabul ukhdud) yang memberontak, memperjuangkan haknya untuk beriman kepada Allah, melawan para rezim tirani para pembesar Najran di Yaman, di tengah-tengah masyarakat yang tidak berdaya. Para pemuda tersebut dimasukkan dalam parit. Ketika api dalam parit membakar mereka, justeru membakar semangat perlawanan masyarakat. Mereka ikut terjun dalam parit tersebut, sehingga kekuasaan pembesar Najran tidak ada artinya, karena sudah tidak memiliki rakyat. Adapun kisah Ashabul kahfi, mereka melakukan perlawanan dengan jalan uzlah dan strategi bawah tanah. Lihatlah sosok sahabat-sahabat Rasulullah, sebagian besar dari mereka adalah seorang pemuda. Pemuda Islam yang gagah berani serta benar-benar menggunakan masa mudanya untuk kemuliaan Islam. Mereka muda tapi dewasa, memiliki kepribadian yang matang serta tsabbat, punya sikap dan pantang menyia-nyaiakan waktu mudanya dengan kelalaian. Masa muda merupakan masa-masa terindah yang Allah beri. Disana ada banyak peluang untuk berprestasi, berkreasi dan berinovasi. Masa muda penuh karya, penuh makna dan hikmah. Allah memberikan masa muda yang sama bagi setiap orang, yang membedakan adalah penyikapan terhadap masa yang Allah berikan tersebut, apakah akan dipergunakan dengan hal-hal yang bermanfaat bagi diri, keluarga dan masyarakat atau menyia-nyiakannya dengan segala macam kesenangan sesaat. Jangan sampai muara dari masa muda adalah penyesalan di masa tua. Sangatlah bijak jika masa muda dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Berikut beberapa hal yang dapat membuat masa muda bikin hidup lebih hidup… 1. Beribadah dan beramal sholeh Aspek ibadah dan amal sholeh sangatlah luas. Bukan hanya ibadah maghdhoh saja yang berbuah amal sholeh, tetapi setiap pekerjaan yang diniatkan karena Allah dan tidak melanggar hukum-hukum syariah merupakan bentuk dari amal sholeh. Ketika seseorang belajar, sekolah, mengurus anak, bekerja bahkan hanya sekedar membersihkan lantai dan memasak, jika dibingkai dengan niat yang ikhlas karena Allah maka hal tersebut akan menjadi amal kebaikan. “Katakanlah (Muhammad), sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim).” (Qs. Al-An`am: 162-163). 2. Belajar dan mengkaji ilmu-ilmu Allah Masa muda adalah masa kekuatan. Salah satu bentuk dari wujud syukur terhadap Allah adalah menggunakan seluruh kekuatan (akal, fisik dan ruh) yang Allah berikan dengan baik dan tanpa kesia-siaan. Belajar dan terus mengkaji ilmu merupakan bentuk wujud syukur manusia pada Allah, karena akal, fisik dan ruh yang Allah berikan bersinergis dalam mengkaji ilmu-ilmu Allah yang tak terhitung banyaknya. “Tuhan yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan menjadikan jalan-jalan diatasnya bagimu dan yang menurunkan air (hujan) dari langit, kemudian Kami tumbuhkan dengannya aneka macam tumbuh-tumbuhan. Makanlah dan gembalakanlah hewan-hewanmu. Sungguh, pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.” (Qs. Thaaha: 53-54). Sosok Ibrahim telah mencontohkan. 3. Berprestasi Nilai dari prestasi bukan hanya terbatas dari prestasi belajar dan sekolah saja. Banyak prestasi-prestasi yang bisa di raih pada masa muda. Seorang Yusuf telah mencontohkan prestasi yang spektakuler, yaitu mengalahkan nafsu syahwatnya terhadap zulaikha yang sama sekali bukan isterinya, padahal mudah saja bagi Yusuf untuk memenuhi nafsu syawhatnya tersebut, tapi keteguhan terhadap tali Allah mengalahkan segalanya. Diusia mudanya juga ia telah mampu “menyelamatkan” sebuah negara besar dari krisis ekonomi. Prestasi dalam membentuk jadi diri sesuai dengan nilai-nilai Islam, prestasi dalam berbakti pada orang tua, prestasi dalam berdakwah, prestasi dalam mengendalikan hawa nafsu, dsb. Wallahua`lam bi shawwab… Read More..
 

Ka'bah Night | powered by Blogger | created from Minima retouched by ics - id